Pulau Ambelau

Posted on Updated on

Indonesia merupakan negara kepulauan dengan 5 pulau besar serta ribuan pulau yang berukuran kecil. Salah satu pulau kecil yang berada di tenggara Pulau Buru (Maluku) adalah Pulau Ambelau. Untuk mencapai Pulau Ambelau kita bisa melalui Pulau Buru, perjalanan sekitar 1-2 jam menggunakan speed boat. Apabila anda sedang berada di daerah Pulau Ambon maka jarak tempuh bisa lebih lama, kapal yang saya tumpangi berkecepatan rata-rata 15 knot dan sampai di Pulau Ambelau sekitar 4 jam. Terbayang jika menggunakan kapal motor yang rata-rata berkecepatan di bawah 10 knot.

ferigalalapokaSaat keberangkatan, cuaca yang cukup panas mengiringi kami selama perjalanan. Kapal mulai meninggalkan dermaga secara perlahan tapi pasti. Saat melewati mulut Teluk Ambon bagian dalam, tampak kapal feri penyeberangan Poka – Galala akan melintas, tak lama kemudian suara klakson kapal terdengar nyaring dan lama. Ternyata di daerah ini banyak kapal-kapal kecil seperti kole-kole dan katinting menyeberang. Kapal-kapal itu juga menjadi sarana transportasi untuk menyeberang Teluk Ambon.

pambelauKami merupakan tim survey bidang Biologi Laut yang terdiri dari 10 orang, yang akan mengkoleksi contoh semua biota yang dijumpai saat di lokasi penelitian. Pekerjaan yang dilakukan adalah mengkoleksi dan mendata biota laut dengan metode transek kuadrat. Selama perjalanan mengarungi Laut Banda, kami di suguhi pemandangan laut dan Pulau Ambon dari kejauhan. Dan suatu saat muncul lumba-lumba yang sedang melompat menyapa kami para pelayar. Tak terasa 4 jam lamanya akhirnya sampai juga di lokasi berlabuh kapal, tepatnya di depan dua desa yaitu Desa Ulima dan Masawoy.

ulimamasawoySetelah kapal berlabuh jangkar, dengan menggunakan rubber boat, kami pun turun ke desa setempat untuk melihat-lihat suasana desa dan sekalian mandi. Ketika sampai di sebuah jembatan sungai, rombongan kami diberitahu oleh warga setempat bahwa sungai di bawah jembatan tersebut terdapat sejenis ikan sidat (warga setempat menyebutnya “morea”). Rasa penasaran membuat saya turun ke bawah jembatan yang kebetulan airnya dangkal dan jernih. Tak disangka dan merasa takjub, bagaimana tidak, begitu banyak morea yang hidup di sungai itu mungkin jumlahnya puluhan dan ukurannya pun besar-besar dan panjang (sekitar 1-1,5 meter). Tanpa pikir panjang langsung saja aku bidikkan kamera untuk mengabadikannya.

moreatebingCukup lama saya mengelilingi desa, ternyata desa ini berada dibawah bukit. Ya, Pulau Ambelau sebagian besar adalah bukit dan rata-rata pesisir atau pantainya terjal dan berkarang. Dapat dipastikan saat musim gelombang laut tinggi, ombak-ombak laut menggempur tebing-tebing karang dengan dahsyat. Keadaan ini terlihat saat kami berkeliling pulau menggunakan kapal maupun rubber boat. Terlihat dari jauh bukit yang menjulang dengan hamparan pohon-pohon cengkih sebagai salah satu sumber pendapatan warga Pulau Ambelau.

Saat melaut pun tiba, pencarian dimulai…

Tak disangka, ternyata Pulau Ambelau memiliki ekosistem terumbu karang yang sangat indah. Berupa-rupa ikan yang berwarna-warni. Walaupun jarak tubir cukup pendek dan sangat curam, namun pemandangan sangatlah mempesona. Air laut di sekitar pulau ini sangat jernih sehingga saya dapat melihat dengan mudah kedalam air dari atas rubber boat. Namun jangan terlena oleh keindahan pesona bawah lautnya, karena suatu saat secara tiba-tiba arus akan bergerak cukup kuat.

sungaiUsai berburu, saatnya membersihkan peralatan dan mandi. Masuk kedalam kampung mencari lokasi mandi, ternyata penduduk menggunakan sungai untuk mandi. Eitt…jagan takut… sungai disini sangat jernih, jauh dari sampah plastik bahkan tidak ada kecuali sampah daun yang jatuh dari atas pepohonan. Segarrrrr…..

sunriseTak terasa sudah 6 hari kami di pulau ini. Waktu jua lah yang mengharuskan kami pulang untuk menyelesaikan pekerjaan berikutnya di laboratorium.

15 respons untuk ‘Pulau Ambelau

    almascatie said:
    Senin, 23 Maret 2009 pukul 03:42

    lama banget dah ga maen kesana lagi 😦
    fotonya keren2 ui… apalagi sunsetnya tuh wihhhhhhhhh

    Suka

    Indra Kurniawan said:
    Senin, 23 Maret 2009 pukul 10:52

    wah pengen ikut juga nih… bareng ama bang almascatie (tour guide) di atas… hehehe… 🙂

    Suka

    muhamaze said:
    Senin, 23 Maret 2009 pukul 12:50

    wedew, ternyata indah juga…aku nggak ikut tim Ambalau karena pada saat yang bersamaan ada hal yang lebih indah terjadi hehehe…

    tapi boleh lah kapan2 maen sama nyong2 diatas hehe.. kopdar di Ambalau..

    Suka

    dharma responded:
    Rabu, 25 Maret 2009 pukul 09:34

    @ Bang Almas
    Emang dulu sering ya ke Ambelau? itu bukan sunset tapi sunrise (matahari terbit). Beta ambil foto akang pas pi pulang ke Ambon, sebelum pulau tiga.

    @ Indra
    Pi ke pulau yang laeng sa… Kayanya masih banyak tuh yang bagus-bagus… Iyo Bang Almas jadi Guide tournya, OK.

    @Muhamaze
    Iya dirimu lagi……..(sensor)

    Suka

    almascatie said:
    Minggu, 29 Maret 2009 pukul 04:20

    kayaknya ada yang mulai rencanakan kopdar di ambelau…

    eng tapi kalo ikut gayanya om muhammaze seh lebe bae di pulau suanggi saja ka apa e…

    #om dharma
    yang terpatri disana dari ambelau bukan pemandangannya tapi filosofi sejarah babi sebagai nenek moyang yang menarik tuh 😀

    Suka

    almascatie said:
    Minggu, 29 Maret 2009 pukul 04:21

    wedew, ternyata indah juga…aku nggak ikut tim Ambalau karena pada saat yang bersamaan ada hal yang lebih indah terjadi hehehe…

    :mrgreen:
    ada yang indah-indah disana ternyata… pake disensor pulak!!

    *aku khawatir dibca ama yang di jkt commentar ini*
    hwakakakakkakaka

    Suka

    almascatie said:
    Minggu, 29 Maret 2009 pukul 04:24

    hetrik pagi aja dha

    Suka

    dharma responded:
    Minggu, 29 Maret 2009 pukul 11:32

    Bang kayaknya cerita filosofi perlu diungkap dech, tapi aku juga punya cerita tentang pulau ambalau yang lain tapi ga bisa di blog-kan.
    Sip pagi-pagi udah hetrik… aku jg pengen hetrik makanan apa yah?

    Suka

    Dinda Watson said:
    Minggu, 29 Maret 2009 pukul 13:43

    Alam di Indonesia indah – indah yah…

    Suka

    almascatie said:
    Minggu, 29 Maret 2009 pukul 15:08

    cerita apaan tuh om?>?? wah kayaknya yang misterius gini menarik untuk dicermati neh hehehhehe

    hetrik = ampas tarigu + kopi aceh segelas
    😀

    Suka

    adevia said:
    Selasa, 9 November 2010 pukul 15:53

    kok nma desanya sma kyk margaku ya.. hehehehe…

    Suka

    James Cawse said:
    Kamis, 17 Maret 2011 pukul 02:43

    I would like to use one of your photos (https://dharmaarif.files.wordpress.com/2009/03/pambelau.jpg?w=379&h=227)
    as a illustration in a transcription of my great-grandmother’s diary. She records travelling from Shanghai to London in 1877 on board the clipper ship John R. Worcester (James Cawse, captain). This is a non-commercial effort for family distribution.

    May I have your permission?

    Suka

    dharma responded:
    Selasa, 22 Maret 2011 pukul 01:55

    @James : Yes, please.

    Suka

    chidu jie said:
    Jumat, 1 November 2013 pukul 19:53

    saya juga baru dari sana, tapi saya di bagian wailua….

    Suka

    201068022 said:
    Selasa, 1 Juli 2014 pukul 23:21

    maluku menyipan sejuta wisata alam

    Suka

Tinggalkan komentar